Kamis, 30 Juni 2016

Hidup Enak, Mati Nyaman

Seorang istri mengadu kepada Rasulullah. Menanyakan maksud dari kondisi suaminya yang pingsan tiga kali dan kemudian mati tersenyum. Rasulullah menjawab. Suamimu itu tersenyum gembira melihat surga. Tiga kali pingsan beliau diperlihatkan surga yang akan ditempatinya krna kebaikan yang dilakukan. Sang istri bercerita, semasa hidup suaminya pernah memberi uang utk orang miskin, orang yg kedinginan dijalan dan memberi makan orang kelaparan di jalan. Kebaikan itu membuatnya diganjar dengan surga.

Cerita lain, di Yogya ada seorang istri setelah memutuskan untuk KB (keluarga berencana) kemudian sakit selama 2 tahun, hanya bisa terbaring dirumah sakit, tidak sembuh-sembuh dan akhirnya mati. Di Bogor, seorang istri sakit bertahun-tahun tidak sembuh. Semua badan tidak bisa digerakkan. Kecuali mata. Segala macam terapi tidak mebuahkan hasil. Sampai harta sang suami habis utk mengobatinya. Suami pun pasrah dan bilang ke dokter utk meminta disuntik mati saja. Begitu sulitnya kedua istri tersebut menemui ajalnya. Entah kesalahan apa yang pernah diperbuatnya. Barangkali itu hasil dari perbuatan yang dilakukan di dunia.

Ketiga kisah diatas, menunjukkan kepada kita. Bahwa akhir kematian yang akan kita alami tergantung daripada perbuatan yang pernah kita lakukan di dunia. Selama kita bertaqwa kepada Allah, senantiasa menjaga ibadah, senantiasa membantu orang kesusahan disekitar, dan perbuatan baik lainnya. Maka insyaallah kita mati dalam keadaan nyaman dan berislam. Sebaliknya ketika kita tidak bertaqwa, senantiasa meninggalkan solat, tidak mau berzakat, tidak peduli dg tetangganya yg kesusahan dan perbuatan tercela lainnya, maka Allah akan mempersulit ketika ajal menjemputnya.

Jika masih banyak perbuatan terlarang yang kita lakukan, maka bertaubatlah dg sungguh2. Momentum akhir ramadan ini adalah kesempatan untuk meminta ampunan. Allah maha pengampun dan penyanyang kepada hambanya.

Ketika kita ingin hidup enak dan mati nyaman dengan berislam. Maka pilihannya hanya dengan bertaqwa kepada Allah. Bertaqwa dalam dimensi ketuhanan dan kemanusiaan, selalu menjaga hubungan dg Allah dan manusia. Selalu ingat Allah sebelum melakukan perbuatan sehingga perbuatan yang akan kita lakukan menghasilkan perbuatan yang baik karena takut akan dosa.

Sudahkah kita hidup dg enak? Sudah siapkah menghadapi kematian yg nyaman dg keadaan berislam? Hanya masing2 yang mampu menjawabnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar