Rabu, 28 Januari 2015

Jatiguwi, Pusat Budidaya Ikan Nila dalam Karamba Jaring Apung


Karamba Jaring Apung desa Jatiguwi
Desa Jatiguwi adalah salah satu desa yang berada di kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang. Kalau ingin pergi kesana dari Malang Kota butuh waktu kurang lebih satu jam dengan naik motor. Desa yang di kepalai seorang perempuan ini mempunyai potensi sumber daya alam yang melimpah, terutama soal agrokompleks. Apabila kita mau sedikit masuk ke dalam dusun, maka hamparan tanaman padi bisa dengan mudah kita temui, kiri dan kanan akan terasa luas, sejauh mata memandang terlihat tanaman padi.

Pertanian memang sudah menjadi ciri khas areal pedesaan. Rata-rata masyarakat disini mencari nafkah dengan bertani. Kondisi pertanian desa belum bisa ditemui secara gamblang jika belum masuk ke dalam desa, meskipun di pinggir jalan raya sudah terlihat ada lahan pertanian yang tersebar. Meski punya potensi alam yang melimpah namun kondisi perekonomian masyarakat setempat tergolong menengah kebawah.

Di sisi lain, aktifitas menjadi seorang peternak juga dilakukan. Memelihara ayam dan sapi juga terlihat disana. Namun jumlahnya tidak sebanyak dengan petani padi. Rerumputan yang melimpah dan areal yang luas menjadikan desa jatiguwi sebagai tempat yang cocok dalam beternak. Dari mulai ayam petelur sampai ayam pedaging terdapat disana. Limbah buangan dari ternak itu juga dimanfaatkan warga sebagai pupuk kandang.

Potensi perikanan juga terdapat disana, tak kalah dengan pertanian dan peternakan. Malah keuntungan yang di dapat di sektor ini lebih banyak. Dengan adanya waduk karangkates, warga Jatiguwi sangat di untungkan. Disana petani ikan bisa dengan mudah memanfaatkannya menjadi ladang usaha. Dengan menggunakan teknik budidaya karamba jaring apung, petani ikan bisa dengan mudah membudidayakan ikan nila dan ikan lele.  Kebanyakan warga lebih memilih ikan nila untuk dibudidayakan.

Kondisi waduk yang kaya akan pakan alami menjadi santapan bagi ikan yang dipelihara disana. Tanpa menggunakan pakan buatan, ikan yang dipelihara di waduk bisa cepat besar dengan sendirinya. Budidaya ikan nila di waduk bisa panen dalam waktu 6 bulan dengan pakan alami saja. Namun karena semakin banyaknya orang yang membudidayakan ikan di waduk, masa panennya pun menjadi lama. Hal itu diakibatkan karena pakan alami sudah semakin berkurang akibat persaingan antar ikan yang semakin banyak.

Dahulu di waduk belum banyak orang yang membudidayakan ikan, namun setelah ada yang mempelopori dan berhasil maka warga juga ikut-ikutan membudidayakan. Keuntungan budidaya ikan nila sangat tinggi karena biaya yang dikeluarkan sangat sedikit, yakni hanya untuk pemasanagan karamba jaring apung, selebihnya, soal pakan hanya bergantung pada pakan alami. Sebagian pembudidaya juga masih ada yang memberikan pakan buatan yang diberikan pada saat ikan kecil dan besar sebelum di panen yang berguna untuk meningkatkan berat badan.

Kalau melihat ke waduk, pandangan mata akan tertuju dengan banyaknya karamba jaring apung disana. Karena semakin banyaknya warga yang membudidayakan ikan nila di waduk. Maka hasil panen ikan nila di desa Jatiguwi sangat besar di kabupaten Malang. Kemampuan produksi yang besar ini membuat pihak Dinas Kelautan dan Perikanan setempat turut mendukung. Pemberikan bantuan berupa penambahan karamba jaring apung dan juga peralatan untuk pembuatan pakan buatan telah diberikan.

Daging ikan nila yang dipelihara di waduk punya rasa yang lebih nikmat dibandingkan dengan yang dipelihara di kolam tanah. Harga ikannya pun lebih mahal meski sama ukurannya. Kondisi ikan juga terlihat lebih sehat dan bobot berisi. Jika anda penasaran ingin merasakan nikmatnya daging ikan nila yang dipelihara di waduk maka bisa langsung datang ke desa Jatiguwi.

Malang, 28 Januari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar